Dari jajanan pinggir jalan menjadi hidangan buffet
Jajanan pinggir jalan semakin populer karena pengunjung dan selebriti koki sama-sama menyukai cita rasanya yang otentik dan kuat. Oleh karena itu, jangan terkejut jika menu hotel yang terinspirasi oleh perpaduan jajanan pinggir jalan etnik dan hidangan tradisional menjadi semakin populer.
Jajanan pinggir jalan perlahan-lahan pindah dari pinggir jalan ke restoran hotel, dengan sedikit bantuan dari koki selebriti dan pengunjung yang menyukai rasanya yang jujur, sederhana, dan kaya.
Tahun lalu, program Fox News berjudul “Chew On This” melaporkan bahwa Gordon Ramsay dan Anthony Bourdain menjuluki jajanan pinggir jalan Singapura sebagai "salah satu tren makanan terpopuler tahun 2016". Unggulan lainnya, Koki Australia David Thomson mengubah jajanan pinggir jalan Thailand menjadi sajian santap mewah di Long Chim, restoran Singapura miliknya, sedangkan Koki TV Susan Feniger membuka restoran South Hollywood-nya, Street, pada tahun 2009 setelah terkesan dengan makanan yang dicicipinya di jalanan India.
Jajanan pinggir jalan lebih populer daripada jamuan makan resmi karena banyak pengunjung tidak terlalu menyukai hidangan baru. Leslie Stronach, Executive Chef di InterContinental Bangkok, telah lama mengusung jajanan pinggir jalan kota ini, seperti halnya Martin Faist di Absolute Hotel Services di ibu kota Thailand. Dan pengakuan dari Michelinmuncul dalam panduan yang diluncurkan tahun lalu—tapi tanpa bintang—untuk jajanan pinggir jalan Hong Kong dan Makau.
Jajanan pinggir jalan pada intinya adalah variasi dan kesegaran yang disajikan tanpa kerumitan. Jika penjaja makanan jalanan mengkhususkan diri hanya pada satu hidangan, dapur profesional dapat menyajikan hidangan eksotis dari seluruh dunia di meja buffet dan bahkan hidangan perpaduan menarik sesuai kreativitas mereka. Sebagai contoh, ketika masakan Vietnam digabungkan dengan baguette Prancis, kita mendapatkan banh mi (roti lapis Vietnam), dan taco Meksiko pun sekarang disajikan dengan rempah-rempah Asia.
Makanan jalanan sangat menarik karena selalu dianggap menyenangkan. Wisatawan merasa berpetualang saat makan dengan penduduk setempat - duduk di bangku plastik di sebelah gerobak makanan di Hanoi menikmati banh mi telah menjadi ritual bagi backpacker. Jadi ketika pengunjung menemukan makanan jalanan nikmat yang disajikan di buffet hotel, mereka mengasosiasikannya dengan rekreasi, kesenangan, serta petualangan.
Untuk menyorot makanan jalan, Singapura menyelenggarakan World Street Food Congress, dan Inggris memiliki 'Oscar' versi makanannya sendiri, Street Food Awards. Bourdain Market, yang diberi nama sesuai nama koki TV yang suka berkeliling dunia, mencari mitra dan investor untuk membawa makanan jalanan berkualitas tinggi ke New York.
Makanan jalanan pada awalnya dirancang untuk menjual makanan yang murah dan efisien, tetapi sekarang dicintai oleh semua lapisan masyarakat. Sebuah studi di tahun 2007 yang dilakukan oleh Food and Agriculture Association mencatat jumlah orang yang mengonsumsi makanan jalanan setiap harinya mencapai 2,5 miliar. Kenyataan bahwa orang kaya dan miskin sama-sama menikmatinya, menandakan makanan jalanan dapat diadaptasi dengan sangat baik di dapur profesional.
Daya tarik tambahan bagi hotel yang memperkenalkan makanan jalanan dalam menu buffet mereka adalah tingkat kebersihan yang lebih tinggi dari makanan yang disiapkan di hotel dibandingkan dengan yang ada di pinggir jalan. Dulunya, para penjaja membawa makanan pada nampan dan keranjang di atas kepala mereka (yang bisa dimangsa burung yang terbang bebas), jajanan jalanan yang disiapkan secara higienis sekarang telah menjadi prioritas. Ini adalah alasan lain mengapa makanan jalanan dapat digabungkan secara sempurna dengan jaminan kebersihan dapur hotel.