Inovasi hidangan klasik ASEAN
Hotel dapat beradaptasi, menciptakan kembali dan menafsirkan hidangan khas suatu negara selama esensi hidangan tersebut tetap orisinal. Hasilnya dapat berupa rasa inovatif yang sudah dikenal penduduk setempat dan pengalaman makanan eksotis bagi wisatawan internasional.
“Serupa tapi tak sama” adalah ungkapan di Thailand yang secara sempurna menunjukkan hidangan favorit lama yang disajikan dengan cara baru oleh para koki inovatif.
Sebagai contoh, wisatawan MICE regional dan internasional yang sering mencari makanan khas setempat untuk dicoba ketika mengunjungi sebuah negara. Untuk menarik mereka, bagian dapur harus memiliki beberapa resep yang akan selalu populer di antara pengunjung, dan menambahkan ciri khas mereka untuk memberi kesan tersendiri.
Hal ini bukan sekadar fusion, tetapi juga tetap setia pada sesuatu yang membuat hidangan tersebut sangat populer pada awalnya, sekaligus memastikan sajian tersebut tidak akan membosankan.
Singapura menggambarkan bagaimana hal ini dapat dilakukan. Di The Quarters, sate khas Melayu disajikan sebagai burger, tapi saus kacangnya yang pedas tetap dipertahankan untuk memastikan rasa otentiknya tidak hilang; hidangan favorit nasi ayam sebaliknya disiapkan dengan merebus ayam dalam kaldu Hainan dan disajikan dengan sambal; dan kari ayam India disajikan dengan daun kari dan saus krim untuk memberi rasa yang berbeda pada kelezatan khas India.
Rasa khas Thailand, seperti asam pedas tom yam kung Thailand, juga telah digunakan dalam hidangan baru lainnya yang menarik, seperti nasi goreng tom yam dan pasta tom yam. Restoran Singapura Som Tam menyajikan truffle goreng tom yam dan sayap ayam tom yam—cara baru yang menarik untuk menikmati rasa tradisional ini.
Makanan lezat klasik juga dapat disesuaikan dengan cara makan setempat. Masyarakat London lebih nyaman menikmati burger daripada sate, sehingga Sambal Shiok Restaurant menggabungkan rasa sate dan rendang daging sapi Malaysia dengan acar dan sambal, sebagai patty burger dilapis roti panggang.
Kadang, yang diperlukan hanyalah mengemas hidangan yang tetap populer ini menjadi sajian yang mudah dinikmati. Kepiting pedas memang populer di Singapura, tapi para penggemarnya setuju bahwa makanan ini merepotkan saat dimakan. Oleh karena itu, The Bao Makers Café and Bakery mengambil tiga bagian pentingnya—roti mantou, daging kepiting dan sambal—dan menjadikannya perpaduan antara burger dan roti pau.
ingan restoran Din Tai Fung menggabungkan daging kepiting manis dengan cabai pedas ke dalam roti pau kukus, menjadikannya lebih mudah untuk makan, namun tetap lezat. Hidangan ini telah menjadi salah satu roti pau khas mereka, membuktikan bahwa inovasi salah satu hidangan klasik dapat menjadi hidangan lain yang juga populer.
Hotel-hotel dapat memberikan ciri khas mereka pada makanan tradisional namun tetap menjaga otentisitasnya. Giovanni Sias, Executive Chef Waterfront Manila Pavilion Hotel, mengatakan "Saya baru saja melakukan inovasi terhadap adobo ayam dan babi. Saya cincang dagingnya, campur dengan keju kambing, putih telur dan saus adobo, lalu membekukannya. Kemudian saya gulung dengan tepung, telur dan roti, lalu saya buat kroket adobo ayam-babi." Juga di Filipina, Café Ilang-Ilang di Manila Hotel hanya menambahkan adobo ke pizza: hidangan yang disukai penggemar makanan tradisional dan petualang.
Setiap kali seseorang memutuskan untuk membuat inovasi hidangan klasik, hasilnya adalah pilihan dan kepuasan yang lebih besar bagi para tamu secara keseluruhan. Michelle Lean, pembawa acara Travelogue CCTV lulusan Cordon Bleu, yang menyukai inovasi dan modernisasi hidangan daerah, mengatakan "Saya menyukai pergerakan dari masakan yang berbeda ini, karena membawa begitu banyak variasi ke sebuah kota." [1]
[1]http://www.travelandleisureasia.com/toplists/2987033/4_favorite_eateries_of_a_food_network_host.html