Di Balik Layar Keseruan Bango PWK 2018
Rasakan ketegangan dan keseruan yang terjadi saat kompetisi dimulai.
Makanan yang disajikan dalam lomba Bango Penerus Warisan Kuliner (PWK) 2018 perlu persiapan panjang dari menyiapkan bumbu sampai tersaji di depan para juri. Komposisi bahannya harus tepat, dan dimasak hingga sempurna, lalu dihias agar sajian tampak lezat mempesona. Yang menantang, semua itu harus bisa dibuat dalam waktu kurang dari satu jam! Kehebohan itulah yang terjadi saat finalis Bango PWK 2018 beradu kemampuan, kreativitas, dan rasa di Almond Zucchini, Jakarta pada 3 April 2018 lalu.
Sebelum dimulai lomba, 22 peserta sudah dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan jenis masakan yang akan ditandingkan. Mereka inilah, yang merasakan ketegangan bahkan sebelum lomba memasak dimulai.
Keragaman yang meriah
Kening berkerut tampak di raut sebagian peserta yang berasal dari Riau, Bandar Lampung, Bandung, Jakarta, Semarang, Yogyakarta, Solo, Surabaya, hingga Manado ini. Meski awalnya datang gembira bersama, mimik muka mereka segera berubah serius saat lomba dimulai. Pantas saja. Sebab, beberapa peserta mengaku baru kali pertama mengikuti lomba sejenis. “Kaget awalnya, bisa terpilih dari lebih tujuh ribu peserta. Tapi, ya karena baru pengalaman sekali ini, kami coba, meski mungkin belum maksimal hasilnya,” aku Ratna Dewi, yang memasak mie hitam.
Memang, semua finalis punya pengalaman dan latar belakang yang berbeda-beda. Ada yang baru buka satu kedai seperti ayam bakar RoodFoodie, namun ada pula yang sudah melegenda seperti Gado-gado Arjuna (telah ada sejak tahun 1970-an), Kepala Ikan Manyung Bu Fat (berdiri dari tahun 60-an), hingga Sate Kardjan dari tahun 1925!
Masakannya pun beraneka. Ada yang menggunakan bahan yang makin jarang ditemui seperti kreco—sejenis siput—dari Karunia Bumbu Pawon Lamongan. Sementara yang lain ada yang menggunakan ikan sidat seperti Pondok Makan Bu Is. Tapi ada pula yang memasak jenis yang sudah banyak diakrabi pelanggan, seperti pempek, bakmi jawa, ayam bakar madu, mie ayam, soto, hingga tongseng.
Keragaman finalis inilah yang membuat kompetisi Bango PWK 2018 terasa berbeda dari kompetisi lainnya. “Kami memang ingin mengangkat kuliner warisan nusantara tanpa memandang latar belakang peserta. Jadi dari yang kelas restoran hingga yang kelas UKM baru satu kedai pun, asal masakannya unik dan disuka, bisa dan berhak ikut lomba ini,” terang Gemita Pasaribu, Head of Marketing Unilever Food Solutions (UFS) Indonesia.
Satu jam untuk pengalaman selamanya
Dengan segala keterbatasan terkait waktu dan persiapan, membuat para finalis harus cerdas menggunakan waktu 60 menit yang diberikan. Ada yang keteteran karena satu sisi menyiapkan masakan, di sisi lain harus memotong pemanis untuk hiasan. Ada pula yang bolak-balik melihat jam, karena merasa waktu yang diberikan sangat terbatas untuk menyiapkan masakan.
Belum lagi saat para juri yang terdiri dari Moch Basirun, National Sales Manager UFS; Chef Gungun Handayana, Executive Chef UFS; Sisca Soewitomo, ahli kuliner Indonesia; Senen, pemilik warung Sate dan Tongseng Pak Budi; dan Mohammad Amin, Kepala Subdirektorat Edukasi Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) mulai berkeliling memeriksa proses masak peserta. Beberapa peserta tampak menyeka keringat di wajahnya. Ada yang kepanasan akibat nyala api kompor, tapi ada pula yang berkeringat akibat tegang, apalagi saat juri bertanya ini dan itu.
Sepuluh menit terakhir terasa jadi detik yang paling penuh perjuangan. Ada yang lari ke sana kemari untuk menyelesaikan masakannya. Ada yang sibuk mencicip agar rasanya benar-benar pas. Beberapa peserta yang menyadari waktu kian sempit, sebisanya menyelesaikan hiasan agar makanan tampak menggoda selera.
Namun ketegangan tak berhenti di situ. Mereka harus presentasi di depan para juri yang mulai mencicip masakan satu per satu. Jarak dari arena masak di lantai satu dan tempat penjurian di lantai dua membuat mereka yang harus menunggu giliran penjurian makin deg-degan. Ruang tunggu di bawah—sebelum dipanggil juri naik ke ruang penjurian—dipenuhi peserta dengan wajah harap-harap cemas. “Tapi yang jelas, kami bangga bisa sampai ke sini. Apa pun hasilnya, kami sudah berusaha yang terbaik,” sebut Budi Seputro dari Sate Ratu yang mengandalkan menu masakan sate merah.
Semua senang, semua jadi pemenang
Hari berikutnya, saat pengumuman pemenang tiba, peserta tampak lebih ceria. Canda dan tawa antarpeserta membuat cair suasana. Apalagi, saat mereka melihat wall of fame berisi foto pemenang yang masih dibungkus kain hitam. Beberapa tampak penasaran ingin melepas kain hitam yang menutup foto itu. “Nanti Bu, tunggu pengumuman,” cegah salah satu panitia.
“Pasrah Mas. Bisa sampai ke final ini saja sudah kemenangan bagi kami,” sebut Indra yang hari sebelumnya membuat tongseng lele. Dan memang, hal ini ditegaskan oleh Chef Gungun yang memberikan ulasan bagaimana penjurian berlangsung. “Intinya, di sini adalah yang terbaik. Dan harus diakui, kami cukup kesulitan memilih lima di antaranya karena semua masakan enak.”
Pada puncak acara, sepuluh peserta diundang maju ke depan oleh pembawa acara. Dari mereka, terpilih lima peserta yang dinyatakan sebagai pemenang Bango PWK 2018 dan berhak mendapat hadiah masing-masing Rp100 juta, plus kesempatan mengikuti Festival Jajan Bango 2018. Mereka adalah Pempek Ny. Kamto, Ayam Goreng Madu Si Bangkong, Ayam Bakar RoodFoodie, Tongseng Iga Dapur Jawa Perawang, dan Kepala Manyung Bu Fat.
“Sertifikat dan piala ini bakal saya tempel di warung saya!” sebut Bekti tak bisa menyembunyikan kegembiraannya. Sementara, Rudie mengatakan, dengan hadiah yang didapat, ia ingin mengembangkan usahanya lebih besar lagi. Demikian juga dengan Fajar. “Saya akan berusaha lebih ekspansif dengan sistem waralaba untuk ayam Si Bangkong.”
“Hadiah ini saya persembahkan untuk semua karyawan dan pelanggan setia Pempek Ny. Kamto,” ucap Wiliana bahagia. Victoria pun senada. Selain senang, ia mengaku punya target minimal bisa buka cabang sampai ke kota provinsi di Riau. “Ini adalah satu langkah maju. Berkat Bango, impian saya makin mendekati kenyataan!”
Ingin merasakan kegembiraan dan mewujudkan impian membawa masakan Indonesia lebih dikenal dunia? Tunggu kami di acara Bango PWK tahun-tahun berikutnya. Siapa tahu, tahun depan giliran Anda jadi Sang Juara Bango Penerus Warisan Kuliner 2019!
Untuk informasi terbaru dari kami, gabung di sini.