Jaga Kualitas Rasa, Rahasia Andalan Si Raja Uduk
Berkali-kali bisnis mengalami kegagalan. Berhasil bangkit dengan nasi uduk sebagai andalan.
Rizal Kurniady, pendiri Raja Uduk.
Raja Uduk adalah salah satu tujuan kuliner populer saat berkunjung ke Pontianak. Rumah makan ini sudah menjadi ikon kuliner di Kota Khatulistiwa. Ada tiga cabang Raja Uduk di sana. Di Jalan Teuku Umar, Jalan Dr. Sutomo, dan Jalan Sui Raya Dalam. Warga Jabodetabek yang penasaran juga bisa mencicipi gurihnya nasi uduk rumah makan ini di cabang Tebet, Jakarta. Bagaimana kisahnya nasi uduk yang identik dengan makanan Betawi bisa jadi ikon di Pontianak?
Rizal ternyata mengawali usaha dengan keterbatasan. Ia pulang kampung ke Pontianak setelah bangkrut menjalankan usaha penghemat pulsa dan properti di Jakarta. “Saya bangkrut sampai beberapa kali. Uang habis, utang menumpuk,” ujarnya mengenang. Dalam kondisi minus, Rizal lantas memutuskan mengadu nasib di kampungnya.
Awalnya dia membuka usaha cuci motor dengan meminjam lokasi parkiran kafe temannya. Pada bulan ke-8 membuka jasa cuci motor, dia mendapat tawaran sewa tempat cuci motor yang lebih memadai. Tapi, ia justru menemukan peluang lain. Lokasi tersebut tersebut adalah sentra kuliner.
Otak bisnisnya tertantang. Rizal lalu melakukan survei jumlah kendaraan yang lalu lalang. Ia juga memotret banyak restoran di seputaran area itu. Data tersebut kemudian disusun untuk membuat proposal bisnis kuliner. Setelah itu dia menghubungi beberapa teman akrabnya. Dengan modal pinjaman hasil pengajuan proposal, pada September 2011 Rizal memulai usaha. “Saya sangat beruntung. Dalam kondisi minus dan banyak utang, masih ada teman yang percaya dan mau membantu,” paparnya. Ia lalu memilih jualan nasi uduk karena menunya sederhana, sudah populer di seluruh Indonesia, dan harganya terjangkau.
Rizal Kurniady di depan Raja Uduk di Jalan Teuku Umar, Pontianak.
Mengandalkan word of mouth marketing
Pengalaman berbisnis membuat Rizal selalu berpikir kreatif. Nama Raja Uduk sengaja dipilih karena mudah diucapkan dan bisa jadi doa, agar usahanya benar-benar jadi raja di bidangnya. Selain itu, sejak awal buka, ia sudah punya strategi marketing untuk menarik pelanggan. Caranya sederhana. Ia mengundang saudara dan temannya untuk datang ke rumah makannya. Namun, ia tidak mengundang mereka bersamaan. Dia membuat jadwal undangan. Bila satu tamu undangan sudah pulang, akan datang tamu undangan berikutnya. Cara ini membuat Raja Uduk seakan-akan selalu ramai pengunjung.
Suasana yang terlihat selalu ramai membuat orang yang lewat penasaran. Beberapa kemudian mampir ke restonya. Kesempatan ini digunakan Rizal untuk berinteraksi dengan pelanggan. Dia akan meminta pendapat pelanggan mengenai makanan di restorannya. Ia mengaku juga sering mengobrol untuk menjalin silaturahmi dengan pelanggan. “Saya ingin pelanggan jadi ambassador buat kita, mereka yang akan cerita ke orang lain tentang Raja Uduk. Itulah mengapa sangat penting kami menjaga kualitas rasa dan selalu memperbaiki pelayanan,” ujarnya membuka rahasia suksesnya.
Suasana dine in di Raja Uduk.
Standar rasa jadi identitas pembeda
Rizal menerapkan standar sangat ketat untuk masakan di Raja Uduk. Salah satunya, dengan memastikan bahan masakan yang digunakan di setiap cabang harus sama. Beras, kelapa, hingga bumbu yang digunakan di Pontianak sama dengan yang digunakan di Jakarta.
“Beras dan kelapa di Jakarta itu kita kirim dari Pontianak. Saya sudah coba cari beras di Jakarta sampai ke Pasar Induk Kramat Jati. Tapi tetap beda dari yang di Pontianak. Kelapa juga dari Pontianak, karena santan yang dihasilkan cita rasanya berbeda dengan santan di sekitar Jakarta,” kata Rizal.
Menurut Rizal perbedaan jenis beras berpengaruh besar pada cita rasa nasi uduk yang dihasilkan. Beras dari Pontianak bisa bercampur sempurna dengan santan. Sementara beras-beras dari daerah lain sering kali tidak bisa menyatu dengan santan. Hasilnya, rasa yang dihasilkan kurang gurih.
Bumbu yang digunakan untuk memasak pun harus berkualitas. Untuk semua menu bakaran seperti iga bakar dan ayam bakar, Raja Uduk menggunakan Kecap Bango. Mulai dari proses sebelum dibakar, Kecap Bango akan membantu memberi rasa yang pas pada iga atau ayam bakar ketika diungkep. Bahan alaminya meresap tanpa mengganggu rasa asli racikan bumbu dasarnya. Lalu ketika dibakar, olesan Kecap Bango juga membuat proses masaknya tidak mudah gosong. Lapisan karamelisasi yang terbentuk akan menghasilkan kilau warna yang menarik pelanggan. “Pilihan Kecap Bango ini karena rekomendasi dari ibu saya. Tim riset kami pernah coba tes menggunakan kecap lain, tapi rasanya berbeda. Jadi kami tidak berani pakai lagi. Rasa Kecap Bango konsisten, tidak berubah dari dulu sampai sekarang. Di sini semua masakan yang menggunakan kecap pasti pakai Kecap Bango,” kata Rizal.
Nasi uduk favorit pelanggan.
Fokus pada nilai tambah dan solusi
Sejak mendirikan usaha kuliner, Rizal memegang prinsip bahwa rumah makannya harus memberikan nilai tambah kepada pelanggan. Saat penjual nasi uduk lain tampil ala kadarnya, kurang bersih, pelayanan tidak standar, ia sangat memperhatikan semua hal itu. Rumah makannya dibuat selalu bersih dan semua pelayan harus ramah kepada pelanggan.
Selain itu, Rizal juga selalu berusaha memberikan solusi kepada pelanggan. Salah satunya terjadi saat pandemi. Pembatasan kegiatan di luar rumah, membuat orang tidak leluasa untuk dine in. Hal itu memunculkan ide bagi Rizal untuk membuat nasi uduk frozen. Selain itu, dia juga membuat kreasi camilan bakwan Pontianak.
Ternyata, kreasi yang awalnya disiapkan untuk pelanggan personal tersebut, malah mendatangkan keuntungan lebih. Raja Uduk bisa menjual nasi uduk frozen dalam jumlah besar ke rumah makan lain. Ia juga membuat hamper berisi produk frozen food dengan isi ayam bakar utuh siap makan.
Langkah-langkah yang dilakukan tersebut berhasil meningkatkan penjualan Raja Uduk. Omzet rumah makan yang awalnya hanya tinggal 10% dibanding sebelum pandemi, perlahan mulai meningkat. Saat ini omzetnya sudah berada di kisaran 60%-70% dibanding masa normal.
Kreasi-kreasi menu baru yang dibuat di masa pandemi seperti frozen food jadi andalan untuk meningkatkan penjualan dan membuat bisnisnya terus melaju hingga hari ini. “Intinya, kita harus percaya dulu dengan kualitas produk kita. Apalagi didukung produk seperti Kecap Bango. Semoga ke depan, kami bisa terus berkembang dan bisa buka makin banyak cabang,” harap Rizal.
Tips Sukses Ala Raja Uduk
- Memilih menu masakan yang populer dan disukai orang banyak.
- Mengandalkan word of mouth marketing dengan menjadikan pelanggan sebagai ambassador.
- Menawarkan nilai tambah dan solusi yang berbeda dengan pesaing.
- Menerapkan standar kualitas bahan makanan yang sulit di-copy paste.
- Menggunakan bumbu yang memiliki konsistensi rasa seperti Kecap Bango.
- Membuat paket keluarga untuk meningkatkan volume penjualan.