Yin dan Yang diartikan sebagai dua energi alam yang saling berhubungan dan bergantung satu sama lain. Karena itulah keduanya saling melengkapi dan dapat menciptakan keseimbangan yang utuh. Maka, adanya kejadian seperti kecelakaan di dapur dapat diibaratkan sebagai akibat dari Yin dan Yang yang tidak seimbang di antara para pekerja dapur.
Konsep keseimbangan ini berlaku pula pada kuliner Cina, yang membagi makanan berdasarkan Yin dan Yang. Makanan Yin yang bersifat dingin memiliki efek menenangkan, seperti bebek, wortel, dan tofu. Sedang makanan Yang memiliki sifat panas yang memberi efek hangat, seperti ayam, jamur, dan telur. Keduanya harus dikonsumsi secara berimbang. Jika tidak, akan terjadi “kelebihan yin” atau “kelebihan yang” yang kerap kali menyebabkan tubuh jatuh sakit.
Dari segi rasa, makanan Yin dan Yang juga memiliki karakteristiknya masing-masing. Makanan Yin pada umumnya memiliki rasa pahit, asam, atau asin. Sementara itu, makanan Yang dikenal dengan rasanya yang manis atau pedas. Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, Anda harus memberi Yin dan Yang porsi yang sama. Untuk itu, ketika Anda menyajikan suatu hidangan, pastikan Anda sudah menyeimbangkan unsur rasa Yin dan Yang yang ada di dalamnya.
Dalam hal metode memasak pun terdapat sifat Yin dan Yang. Metode memasak lambat seperti menanak, merebus, dan mengukus termasuk ke dalam Yin. Sedang yang cepat seperti menggoreng, memanggang, dan menumis adalah Yang. Yin dan Yang dapat menentukan suatu menu dan metode memasak yang tepat untuk musim tertentu, misalnya membuat salad tomat (Yin) di musim panas (Yang). Penyesuaian ini pun dapat dilakukan berdasarkan kondisi tubuh, misalnya memasak sup ayam (Yang) untuk meredakan demam (Yin).
Konsep keseimbangan Yin dan Yang sangat mempengaruhi masyarakat Cina dalam menekankan pola makan sehat. Inilah mengapa mayoritas makanan Cina mengharuskan perpaduan harmonis antara unsur Yin dan Yang. Dengan filosofi ini, menentukan keseimbangan nutrisi dalam setiap hidangan bukanlah hal sulit, bukan?