Rasa Kangen yang Berubah Jadi Sukses Usaha
Pelajari bagaimana Dapur Jawa Perawang dari mulai buka, hingga pemilik terus mengembangkan usahanya.
Banyak jalan menuju kesuksesan, seperti halnya banyak jalan menuju Roma. Pengalaman inilah yang dirasakan oleh Victoria, pemilik restoran Dapur Jawa Perawang di Perawang, Kecamatan Tualang, Kabupaten Siak, Riau. Victoria menjadi salah satu pemenang kompetisi “Bango Penerus Warisan Kuliner 2018” berkat menu masakan Jawa yang dulu sering dia rindukan.
Victoria yang berasal dari Jogja ini pindah ke Riau setelah menikah dengan Hendra. Lama tinggal di Pulau Jawa, Victoria sering kali kangen dengan masakan-masakan Jawa. Dia pun sering memasak menu masakan Jawa sebagai pengobat rasa kangen. Dari kebiasaan tersebut, terbetik ide membuka rumah makan khas Jawa di tempat tinggalnya di Perawang pada Maret 2015.
Dia bersama suaminya membuka usaha kuliner dari bawah, awalnya hanya menjual menu sarapan di pagi hari. Ternyata pelanggannya cukup banyak. Ini membuat mereka bertekad mengembangkan usahanya lebih serius. Lantas, mereka membuka restoran Dapur Jawa Perawang dari siang hingga malam hari, yakni dari jam 11.00 hingga pukul 22.30.
Salah satu menu premium yang digemari oleh konsumen adalah tongseng iga sapi spesial yang merupakan tongseng ala Jawa dengan daging iga sapi yang lembut. Salah satu kunci dari masakan ini adalah Kecap Bango. Victoria mengaku sudah mencoba beberapa jenis kecap, tapi ternyata paling cocok adalah Kecap Bango.
Bumbu tongseng yang digunakan oleh Dapur Jawa Perawang sama persis dengan bumbu tongseng ala Jawa. Hanya saja dia melakukan sedikit modifikasi agar citarasanya lebih cocok dengan lidah Sumatera yaitu dengan mengurangi rasa manisnya dan membuat kuah tongsengnya lebih kental. Masakan Sumatera memang identik dengan kuah santan yang kental.
4 tips Victoria untuk pebisnis kuliner
Ketahui 4 tips mengembangkan usaha kuliner dari pemilik Dapur Jawa Perawang ini.
1. Pahami selera konsumen
Memahami selera konsumen adalah hal yang sangat berpengaruh dalam kesuksesan bisnis kuliner. Ini yang dipahami oleh Victoria yang membuatnya memodifikasi citarasa tongseng Jawa yang dia pasarkan di Sumatera. Victoria sering berinteraksi dengan konsumen mengenai apa saja yang perlu diperbaiki dari menu yang disajikan.
2. Lakukan kontrol kualitas secara berkala
Saat ini Victoria fokus di manajemen dan tidak lagi mengurusi masalah dapur. Semua bumbu dan racikan yang dia buat sudah dipercayakan kepada kokinya. Tapi dia tetap rutin melakukan kontrol kualitas. Dia secara rutin minta dibuatkan masakan menu restoran untuk mengetahui rasanya tetap konsisten atau tidak. Tapi dia memilih harinya secara acak, jadi kokinya tidak mempersiapkan menu terlebih dahulu.
3. Layanan cepat
Salah satu hal yang membuat pelanggan kehilangan selera makan adalah ketika harus menunggu terlalu lama. Victoria mengatakan rata-rata makanan di restorannya akan disajikan sekitar 5 menit setelah pelanggan memesan. Bila antrian banyak dan ada kemungkinan molor, pelayan di restorannya akan menginformasikan hal tersebut dan perkiraan waktu kapan hidangannya akan diantar. Jadi konsumen memiliki gambaran harus menunggu berapa lama sehingga mereka tidak akan salah paham.
4. Menjalankan manajemen keuangan yang baik
Masakan yang enak memang penting, tapi manajemen keuangan juga tak kalah penting. Manajemen keuangan adalah kunci sebuah usaha bisa bertahan dalam jangka panjang atau tidak. Bila bisa membuat pembukuan dan manajemen keuangan yang baik, usaha kuliner bisa langgeng. Bila tidak, risikonya usaha bisa terganggu.